Home BUSET LIFE 10 PERTANYAAN EMOSI JIWA

10 PERTANYAAN EMOSI JIWA

0
10 PERTANYAAN EMOSI JIWA

Tulisan pada edisi kali ini adalah ke-dua dari lima rangkaian artikel. Apabila edisi kemarin mengangkat topik yang berkaitan dengan psychoeducation, atau pendidikan kesehatan mental: pemahaman mengenai krisis, stres, stigma, gangguan jiwa depresi dan makna pentingnya kesehatan mental, maka edisi kedua ini difokuskan dalam deteksi dini melalui pembahasan 10 pertanyaan yang seringkali diajukan masyarakat umum.

Pembahasan ini sangat penting karena saya berharap melalui edisi Question and Answer (Q&A) pembaca bisa lebih mengerti akan masalah emosi/stres yang masih bisa terkendali dan masalah emosi/stres yang perlu konsultasi profesional. Pasalnya, menurut penelitian klinis, banyak gangguan jiwa seharusnya bisa diatasi atau dihindari apabila ditangani dari awal.

Kesulitan mengendalikan emosi kadang adalah gejala awal gangguan jiwa. Setiap orang mempunyai keterbatasan pada ketahanan mentalnya; besar-kecilnya keterbatasan itu menentukan besar-kecil kemungkinanya untuk bereaksi dengan pelbagai tekanan dan tantangan (baik fisik, maupun psikologis dan kehidupan sosial).

Pada edisi ini saya juga mengikutsertakan beberapa teknik self-help yang telah dinyatakan berguna untuk mengendalikan emosi/stres.

 

  1. Bagaimana saya dapat mengendalikan emosi yang kuat? Bagaimana cara terbaik untuk bertingkah laku dan mengendalikan emosi saya?


Salah satu hal terpenting yang harus diingat, mengendalikan emosi tidaklah mudah. Pengendalian emosi dipengaruhi oleh kepribadian, kebiasaan dan ambisi seseorang, serta pula dipengaruhi oleh kemampuannya untuk mengaitkan ketiga aspek tersebut di berbagai kondisi kehidupan.

Mengungkapkan emosi secara terbuka dan tenang akan menolong Anda untuk merasa lebih baik, selain itu cara tersebut juga lebih sehat. Jangan memusatkan perhatian pada perilaku orang tersebut atau situasi yang membuat Anda emosi karena ini hanya membuat Anda bertindak berlebihan dan merasa tidak nyaman.

Ungkapkanlah perasaan Anda pada saat yang tepat, diskusikan situasi yang memancing emosi dan berbagai reaksi yang mungkin terjadi. Pisahkan antara perasaan dari reaksi, misalnya menekankan bahwa apabila marah jangan sampai memukul, memaki atau perilaku negatif lainnya.

Coba untuk mengendalikan impuls dan pikirkan serta pertimbangkan akibat dari perilaku tersebut. Adalah penting untuk diingat bahwa ekspresi emosi atau perilaku yang berhubungan dengan emosi tertentu terkait kuat dengan budaya.

Beberapa orang dari budaya tertentu kadang sangat terbuka dalam mengekspresikan emosi mereka, sementara budaya lainnya mengajarkan bahwa emosi itu sebaiknya disimpan di dalam tanpa diekspresikan sama sekali. Budaya yang berbeda juga mempengaruhi dalam menyampaikan kapan, bagaimana dan kepada siapa emosi itu harus diekspresikan.

  1. Bagaimana saya dapat memaafkan dan melupakan kesalahan orang lain? Saya mudah sekali marah jika orang lain menjengkelkan saya.
Apakah ada cara untuk mengendalikannya?


Amarah yang berlebihan dapat menghancurkan rasa kedamaian dan kebahagiaan. Jika Anda terus menerus teriritasi, berarti ada sesuatu yang sedang mengganggu namun sulit untuk diutarakan dengan jelas.

Untuk dapat mengendalikan amarah, Anda dapat mencoba dengan memalingkan perhatian dan tidak terfokus pada hal-hal yang membuat Anda kesal karena kondisi tersebut hanya meningkatkan kemarahan. Coba menempatkan diri Anda pada posisi orang lain dan pikirkan alasan mengapa mereka menyakitimu. Jika ditemukan jawaban yang masuk akal, maka Anda dapat mengerti mengapa orang tersebut bersikap demikian. Ungkapkanlah penyebab kemarahan secara jelas kepada seseorang yang dapat membantu Anda. Tarik nafas dalam dan tenangkan diri Anda. Cobalah bersikap wajar seperti biasanya.

  1. Saya cepat merasa sedih untuk alasan kecil. Saya kadang menangis, apakah pantas untuk menangis dan melampiaskan emosi saya? Atau haruskah saya menahan diri?


Jangan tergoda untuk tetap tinggal di rumah karena hanya akan membuat Anda lebih banyak terpusat pada kesedihan. Jangan biarkan pikiran sedih mengganggu jiwa. Sesekali menangis boleh saja, tetapi bila terlalu sering akan mempengaruhi kesehatan dan menambah tekanan mental. Kadang-kadang olah raga dapat menolong Anda untuk tetap tenang. Pusatkan aktivitas dan pikiran pada hal yang membuat diri Anda merasa lebih baik dan jangan pikirkan tentang kesedihan.

Kegiatan positif dapat membantu Anda merasa lebih baik. Jika Anda ingin tetap tenang, Anda perlu menyatakan perasaan Anda dengan cara yang sehat. Seseorang sebaiknya menceritakan pada orang lain bagaimana perasaan yang ada dalam dirinya. Menceritakan pada seseorang dan menyatakan perasaanmu dapat meringankan stres selain dari menangis. Teman biasanya dapat menenangkan dengan mengatakan bahwa manusia pasti dapat merasa tertekan dan perasaan tersebut akan berlalu.

  1. Saya sangat sering menjadi tegang dan ketakutan. Bagaimana saya harus mengatasinya?


Fobia kadang adalah penyebab utama dari ketakutan, gugup, cemas, atau malu. Anda dapat mencoba untuk menghindari hal yang menyebabkan terjadinya fobia, tapi ini bukan cara yang terbaik untuk mengatasinya. Adalah lebih baik jika Anda mencari bantuan dan dorongan dari orang lain, misalnya teman dekat atau anggota keluarga.

Dalam menghadapi situasi yang sulit dibicarakan dengan teman dekat atau famili, Anda bisa meminta nasehat dari seorang psikolog atau konselor. Terkadang orang luar yang secara emosional tidak terlibat dalam hubungan keluarga ataupun dengan masalahnya, dapat memberikan efek penenangan sehingga orang yang sedang dalam kondisi tegang atau cemas tergerak untuk bercerita mengenai ketakutan yang tengah dialami.

  1. Apa yang dimaksud dengan stres? Apa penyebab dan gejala stres? Apa yang disebut dengan pertahanan terhadap stres?

Stres merupakan sistem tanda bahaya dari dalam tubuh yang mempersiapkan tubuh untuk bertindak menghadapi pemicu dari stres tersebut. Stres dapat didefinisikan sebagai suatu reaksi individu terhadap tuntutan atau tekanan yang berasal dari lingkungan atau dari dalam diri sendiri. Pada saat seseorang stres atau marah, tubuh akan mengeluarkan “hormon kortisol”. Hormon tersebut penting bagi semua bagian dari tubuh untuk dapat berfungsi dengan baik. Kelebihan atau kekurangan hormon tersebut dapat menyebabkan berbagai keluhan fisik atau menjadi sakit.

Penyebab stres meliputi semua kejadian atau kondisi yang dianggap sebagai ancaman terhadap pertahanan diri orang tersebut. Sampai batas tertentu, stres itu merupakan sesuatu yang normal dalam kehidupan, yakni sebagai reaksi terhadap perubahan lingkungan fisik atau sosial yang tak dapat dihindari.

Perubahan dalam kehidupan, baik positif maupun negatif dapat menimbulkan stres pada seseorang. Penyakit yang berhubungan dengan stres biasanya disebabkan oleh adanya tuntutan yang berlebihan dan berkepanjangan terhadap diri seseorang.

BUSET-life-psikologi-2Gejala yang muncul akibat stres dapat berupa gangguan fisik maupun psikologis. Gangguan fisik, misalnya, yang berkaitan dengan sistem pencernaan (keluhan lambung dan diare), serangan jantung, sakit kepala berkepanjangan akibat stimulasi berlebihan yang berlangsung teratur dalam jangka panjang, tekanan darah dan sistem pencernaan. Istilah gangguan penyesuaian untuk masalah yang berkaitan dengan stres meliputi tidak dapat beradaptasi dalam situasi tertentu, ketidakmampuan berprestasi, kehilangan minat, dan lain-lain.

Olah raga dan kebugaran jasmani dapat berfungsi sebagai aktivitas untuk melawan stres sehingga efek negatif terhadap kesehatan fisik dan psikologis seseorang menjadi berkurang. Terbukti bahwa latihan fisik secara teratur dapat membantu seseorang untuk tetap sehat walaupun menghadapi stres. Dengan demikian, latihan fisik bersama dengan dukungan sosial, sikap positif, kepribadian dan faktor lain dapat memperbaiki daya tahan terhadap stres.

Orang yang berlatih fisik secara teratur memperlihatkan reaksi yang lebih sehat jika menghadapi stres emosional dibandingkan dengan orang yang tidak berlatih. Semua jenis latihan fisik dapat menangkal stres apabila latihan tersebut dapat membangun perasaan positif dalam diri orang tersebut sehingga dia menjadi percaya diri, efektif dan dapat mengendalikan hidupnya.

Pertahanan terhadap stres lainnya meliputi: mengenali sumber stres dalam kehidupan sehari-hari, mengenali bagaimana stres dapat mempengaruhi kita, dan bersikap sedemikian rupa sehingga dapat mengendalikan stres. Jadi kita harus bertindak untuk menurunkan sumber stres misalnya dengan melakukan perubahan terhadap lingkungan baik fisik maupun gaya hidup kita, atau belajar untuk rileks sehingga ketegangan akibat stres tidak menimbulkan gangguan kesehatan.

  1. Mengapa orang bisa terkena gangguan jiwa?

Setiap orang mempunyai keterbatasan ketahanan untuk menampung tekanan atau cedera atas tubuh dan kejiwaannya. Tekanan atau cedera yang melampaui batas ketahanan itu akan memaksa tubuh dan/atau kejiwaaan untuk mengerahkan upaya penyesuaian yang luar biasa. Upaya tersebut, apalagi bila mengalamai kegagalan upaya, bermanifestasi dalam penghalangan pada fungsi tubuh dan/atau kejiwaan (pada kejiwaan nampak terutama dalam perilaku), yang lazim disebut gejala.

Jika gejala tersebut semakin mencolok dan kurang-lebih menetap – sedangkan tekanan atau cedera itu sudah lewat atau tak jelas kelihatan – kita berhadapan dengan keadaan yang boleh disebut penyakit.

Tak selalu tekanan pada tubuh berakibat hanya gejala tubuh, atau tekanan jiwa berakibat hanya gejala mental; bisa saja tekanan pasa tubuh berakibat gejala mental, dan tekanan mental berakibat gejala tubuh.

Ketika seseorang tak sanggup mengatasi masalah yang dihadapi, dapat juga disebut kerentanan pribadi, dan kerentanan itu lebih bergantung oleh kerena faktor-faktor keturunan, kelainan fisik dapatan (misalnya cedera otak), akibat pengalaman-pengalaman istimewa, sifat didikan dan binaan. Apabila terjadi tekanan fisik dan/atau kejiwaan (pasca trauma yang akut), misalnya musibah besar yang nyata, hal kerentanan itu menduduki tempat yang sangat penting untuk menerangkan kejadian gangguan jiwa pada seseorang.

Kebanyakan kejadiian gangguan jiwa tidak dapat diterangkan sebagai akibat dari tekanan (fisik, psikologis, sosial) yang hebat. Pada kebanyakan orang yang kena gangguan jiwa, ditemukan bahwa riwayat dan tekanan hidupnya tidak teramat luarbiasa. Akan tetapi kerentanan pribadinya yang khusus membuatnya lebih mudah atau lebih kebal untuk menjadi gangguan mental.

  1. Apakah gangguan jiwa dimulai sejak masa kanak-kanak?

Gangguan jiwa, dalam arti manifestasi gejala-gejala nyata pada fungsi-fungsi mental, bisa mulai pada setiap usia. Potensi untuk mangalami gangguan jiwa, kerentanan untuk bereaksi dengan gejala-gejala gangguan jiwa atas pengalaman tekanan psikologis dan fisik tertentu – potensi dan kerentanan itu terletak dan berhubungan dengan suatu pola kepribadian yang unik bagi setiap orang.

Pembentukkan pola banyak dipengaruhi oleh pengalaman hidup di masa kanak-kanak, terutama yang bersifat tekanan dan cedera – baik psikologis maupun fisik yang untuk sebagian terbesar tidak disadari. Pola itulah yang dibawa, atau diletakkan oleh kondisi dan pengalaman di masa kanak – bukan gangguan jiwanya.

Gangguan jiwa nampaknya menyusul suatu peristiwa yang “menekan” atau “membebani” jiwa sehingga melampaui batas kemampuan adaptasi (batas toleransi mental). Sering pula tidak jelas atau sama sekali tidak nampak. Bagaimanapun juga, sangatlah jarang suatu peristiwa itu dapat sepenuhnya menerangkan timbulnya gejala-gejala gangguan mental tertentu pada seseorang pada saatnya. Untuk menerangkan mengapa timbul gangguan jiwa itu, harus diteliti dan diungkapkan pengalaman khusus individu tersebut sejak masa kecil.

  1. Dalam keluarga saya ada yang mengalami gangguan jiwa, apakah artinya saya juga akan mengalami stres atau gangguan jiwa berat?

Anda tidak akan terkena gangguan jiwa hanya karena ada yang sakit jiwa dalam keluarga. Hingga sekarang belum ada kepastian gangguan jiwa dapat diturunkan, atau gangguan jiwa macam apa saja yang timbul karena faktor keturunan (genetik).

Memang diduga, bahwa potensi (kemungkinan) untuk terkena gangguan jiwa dapat diturunkan; tetapi bagi suatu potensi sekali pun banyak faktor lain yang ikut berperan dan mempengaruhi. Adanya orang dengan gangguan jiwa dalam keluarga, apalagi hidup berdekatan dengannya dan untuk masa berkepanjangan, tentu bisa merupakan suatu masalah dan beban emosional yang berat, yang memerlukan daya tahan yang besar agar tidak mengganggu keseimbangan kejiwaan Anda sendiri. Tetapi itu tidak dengan sendirinya akan membuat Anda terkena gangguan jiwa. Bebannya dapat dikurangi atau dibatasi apabila tidak dipikul seorang diri melainkan bersama-sama oleh beberapa anggota keluarga atau teman atau tenaga profesional khusus, serta dengan menjalani suatu program pengobatan dan perawatan yang dirancang dalam konsultasi dengan seorang psikolog.

  1. Apakah tidak mungkin saya menyelesaikan masalah saya sendiri?

Tentu saja mungkin. Bahkan saya anjurkan Anda untuk mencoba lebih dulu menyelesaikannya dengan cara yang lazim digunakan manusia untuk menyelesaikan masalah-masalah hidup, seperti misalnya mencari dukungan dari teman baik dan sanak saudara, berlatih ketabahan, memperkuat keimanan, begitu juga dengan relaksasi dan hiburan.

Hampir semua orang memiliki pergumulan dengan masalah, termasuk masalah hidup yand serius, dan sebagian besar ternyata berhasil mengatasinya sendiri. Pertanyaan seperti ini sering diajukan karena ada anggapan bahwa permintaan pertolongan menunjukkan orang tersebut “lemah”, “pengalah”, ada kekurangan pada karakternya atau kebijakannya, atau bahkan merupakan aib.

Untuk mengelak pertolongan, orang sering sampai menyangkal adanya masalah. Padahal, meminta dan memanfaatkan pertolongan mengenai masalah yang memerlukan pengetahuan keahlian, sungguh tidak memalukan. Sebaliknya, adalah bijaksana dan sangat masuk akal.

Masalah kejiwaan yang kompleks seringkali tidak mungkin diatasi tanpa bantuan keahlian profesional. Memang, sebenarnya juga kurang bijaksana untuk “menolong” orang dengan masalah yang bisa ditanganinya sendiri sehingga ia berkesempatan belajar dari pengalaman itu. Sama kurang-bijaksananya dengan mencoba “menyelesaikan sendiri” suatu masalah tanpa pengetahuan dan bantuan ahli yang diperlukan untuk itu. Tapi benar, tidak selalu mudah untuk membedakannya; semua harus dilakukan secara individual, kasus demi kasus.

10. Apakah karena saya harus menjalani pengobatan ini berarti saya stres berat?

Apabila dokter Anda menganjurkan atau merasa perlu untuk memberi obat-obat kepada Anda, itu bukan pertanda bahwa keadaan Anda gawat; tidak ada kaitan dan tidak proporsional dengan tingkat kegawatan kondisi Anda.

Dokter memberi (atau tidak memberi) obat dan memilih obat mana dalam dosis berapa yang akan diberikan berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya mengenai khasiat obat itu terhadap pelbagai gejala dan keadaan gangguan kesehatan tertentu.

Apa yang disebut stres, biarpun ringan, bisa saja cukup mengganggu kenyamanan hidup, dan dalam hal tertentu berhasil diatasi dengan mudah asal memakai obat. Juga seperti gangguan konsentrasi, kesulitan komunikasi, problem rumah tangga, dan sebagainya; pemakaian obat (meskipun bukan solusi) bisa banyak memfasilitasi upaya penanggulangannya.

Dokter memberi obat kepada pasiennya, apabila ia menilai – berdasarkan pengetahuannya tentang ilmu kedokteran (termasuk kedokteran jiwa) – bahwa obat itu adalah yang tepat untuk meringankan kondisi pasiennya. Pemakaian obat adalah aman, namun hanya aman apabila cara pemakaiannya dan takarannya menurut petunjuk dokter dan di bawah pengawasan dokter. Memakai obat-obat, khususnya yang mempengaruhi keadaan kejiwaan, sangat tidak dianjurkan selain di bawah pengawasan dokter.

 

 

july-liesJuly Lies

Psychologist
MClinPsych, B.Sci (Hons)
Jurmaine Health
https://www.jurmainehealth.com.au
538A Murray Road, Preston, VIC 3072
e: july@jurmainehealth.com.au
t: 0410786601
Hari Sabtu (9am-2pm) telah dibuka klinik khusus untuk masyarakat Indonesia.