Kita tak bisa memungkiri bahwa Indonesia dan Australia harus menjadi partner yang kuat. Apalagi hubungan bilateral kedua negara dalam mengatasi isu-isu yang terjadi di kawasan sudah banyak dirintis. Di sela-sela acara ramah tamah perkenalan dubes RI untuk Australia merangkap Vanuatu ini, dubes Kristiarto menyempatkan waktu untuk memberi wawancara eksklusif kepada Buset. “Kita harus menyadari bahwa Australia berada di depan pintu Indonesia dan begitu pula sebaliknya,” pesannya.

Apa yang membedakan hubungan bilateral kedua negara ini saat Anda menjabat sebagai Wakil Dubes RI untuk Australia periode 2004 – 2007 dengan periode sekarang, 10 tahun kemudian?

Dari sisi hubungan bilateral antara Australia dan Indonesia, di tahun 2004  – 2007 hubungan baik dan solid. Hubungan Government to Government (G to G) antara Presiden SBY dan Perdana Menteri (PM) John Howard kala itu baik. Memang ada beberapa hiccups, tapi kedua pemimpin ini mampu melihat hubungan bilateral kedua negara dari perspektif yang lebih besar. Saya senang sekali, sekarang ini kondisinya jauh lebih baik lagi. Chemistry antara Presiden Jokowi dan PM Malcol Turnbull baik sekali. Waktu saya mengunjungi kantor PM Turnbull beberapa waktu lalu beliau menunjukkan foto dirinya dengan Jokowi saat blusukan ke Tanah Abang. Ini merupakan manifestasi dari hubungan yang baik di antara mereka berdua. Saya beruntung datang di saat kondisi kedua negara sangat baik. Tugas saya kemudian adalah bagaimana kita mengoptimalkan kesempatan ini (capitalize) menjadi peluang yang lebih besar lagi.

Penguatan hubungan kedua negara apa saja yang tengah dilakukan RI dan Australia?

Saya menyadari bahwa Australia dan Indonesia memang diciptakan berbeda, perfectly created to be different. Kalau kita sama semua malah mungkin jadi kompetisi, tapi karena kita berbeda jadi memungkinkan kesempatan untuk saling melengkapi. Australia maju sekali untuk urusan agrikultur. Begitu pula dengan industri manufaktur Indonesia, sudah mulai banyak mengekspor ke Australia.

Kita tengah dalam proses menyepakati Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IACEPA) yang tengah berlangsung di Jakarta. Semoga dengan adanya IACEPA ini barang Indonesia akan lebih mudah masuk ke Australia dan tarif juga bisa diturunkan. Sebenarnya kita sudah memiliki kesepakatan antara ASEAN, Australia dan New Zealand. Namun dalam konteks bilateral, kita ingin Indonesia dan Australia bisa lebih lagi. Karena bagaimanapun ini mencakup hubungan ekonomi yang luas. Kita tidak hanya bicara mengenai perdagangan barang, jasa, dan investasi. Tapi kita juga bicara soal movement of people, dalam artian bagaimana masyarakat kedua negara bisa saling mengisi pasar tenaga kerja di masing-masing negara.

Selain dari sisi ekonomi, apalagi yang menjadi fokus dan perhatian kerjasama RI dan Australia?

Mengenai kesiapan tenaga kerja Indonesia, salah satu fokusnya adalah vocational training. Kita bekerjasama dengan perusahaan Australia untuk melatih tenaga kerja Indonesia agar punya skill yang memenuhi standar Australia. Kita berharap nantinya akan ada sertifikasi sehingga tidak hanya bekerja di Australia tapi kesempatan tenaga kerja Indonesia untuk bekerja di mana saja bisa terbuka.

Kita lihat ada pertumbuhan jumlah pelajar Indonesia yang menempuh pendidikan di Australia. Kita juga sangat menghargai upaya pemerintah untuk menghidupkan kembali Colombo Plan, dalam skema New Colombo Plan dimana terbuka kesempatan bagi pelajar Australia untuk belajar di negara-negara Asia. Indonesia masih menjadi destinasi terfavorit dan sampai saat ini ada lebih dari 3.000 pelajar Australia belajar di Indonesia.

Kita berharap melalui interaksi semacam ini makin banyak orang Australia yang lebih memahami Indonesia lebih baik lagi. Dan kita berharap para pelajar Indonesia di Australia juga turut membantu untuk memberi pemahaman yang benar soal Indonesia. Jika hal ini terjadi, akan sangat membantu penguatan kedua negara.

Lalu bagaimana dengan peran dan kontribusi masyarakat di Australia, apa yang Bapak harapkan?

Pemerintah Indonesia tentu tidak bisa melakukan usaha-usaha yang saya jabarkan ini sendirian. Komunitas dan masyarakat Indonesia di sini harus menjadi role model, kita harus menjadi contoh. Bagaimana jika kita mau menyampaikan bahwa Indonesia itu bersatu dan toleran jika di antara kita sendiri tidak bersatu? Jadi teman-teman semua di sini harus mampu menjadi role model yang baik agar pemahaman masyarakat Australia terhadap Indonesia bertumbuh semakin kuat.

 

 

 

Deste