Kini telah menjadi Purna Paskibraka, Maria Felicia Gunawan merupakan salah satu dari 68 putra-putri bangsa yang mewakili provinsinya masing-masing dalam penugasan pengibaran bendera di Istana Negara 17 Agustus lalu. Siswi SMAK Penabur Gading Serpong Tangerang yang baru berusia 16 tahun ini juga merupakan petugas keturunan Tionghoa pertama yang lolos seleksi dan terpilih.

Datang bersama Tante, Om serta Oma ke Starbuck Summarecon Mall di Gading Serpong, Felicia yang bertubuh tinggi dan berwajah cerah pun siap untuk diwawancarai oleh BUSET. Dirinya bercerita seputar pengalaman berharga saat menjadi anggota Paskibraka (Pasukan Pengibar Bendera Pusaka) di Istana Negara dan kecintaannya terhadap PBB (Peraturan Baris Berbaris).

Menurut anak muda yang lebih akrab dipanggil Cia ini, pengalamannya selama bertugas sungguh amat luar biasa. “Benar-benar bersyukur banget karena waktu hari H saat pelaksanaannya semuanya berjalan dengan lancar dan tidak ada kendala. Kita juga bisa menyelesaikan dan membuktikan hasil pelatihan kita dengan baik,” ujarnya penuh syukur.

Tentunya prestasi dan pengalaman yang tak ada duanya itu tidak begitu saja diraihnya. Cia harus melalui seleksi panjang yang berlangsung semenjak bulan ketiga hingga keenam sebelum terpilih menjadi petugas Paskibraka. Awal seleksi dimulai dari tingkat Kabupaten di Tangerang yang mengadakan berbagai tes mulai dari fisik, PBB, pengetahuan daerah sampai wawancara dalam Bahasa Inggris. Setelah terpilih 5 pasangan terbaik, mereka bertemu dengan 5 pasangan lainnya dari kabupaten kota di seluruh provinsi Banten. Dari sana, terpilih 2 pasangan putra-putri untuk diproses dalam seleksi nasional sebelum akhirnya satu pasangan yang paling memenuhi kriteria terpilih untuk mewakili provinsinya.

Rupanya selain belajar mengenai formasi dan baris-berbaris, pelatihannya sebelum bertugas juga meliputi pengetahuan mengenai pentingnya detik-detik proklamasi dan menjaga merah putih di negeri kita. Oleh sebab itu, tanpa dipungkiri, Cia merasa cintanya terhadap negarapun semakin tumbuh subur.

MARIA FELICIA GUNAWAN
MARIA FELICIA GUNAWAN

Pada kenyataannya, tak jarang kita melihat anak muda yang acuh terhadap perjuangan pahlawan. Kalangan ini pula bersikap sembarangan dalam menyikapi kemerdekaan. Kendati demikian, Cia tetap berpandangan positif, “…tapi di sisi lain juga pasti banyak anak-anak muda yang makin besar rasa nasionalismenya,” tutupnya ketika ditanyai pendapat mengenai patriotisme generasi muda saat ini.

Mengenai latar belakangnya, Cia yang diungkapkan oleh sang Oma selalu rajin berdoa, tidak ingin banyak berkomentar. Pasalnya, Cia merasa terpilih seleksi Paskibraka bukan karena asal usulnya, melainkan berdasarkan kelayakan dan kecocokan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.

Walau tidak mudah, siswi yang mempunyai hobi menulis dan bermain basket ini menghadapi semuanya dengan sepenuh hati karena kecintaanya terhadap PBB, kegiatan paskibra dan tentunya kepada bangsa. Anak dari Willy Gunawan dan Hertanty Tjendra ini pertama kali tertarik ikut PBB di saat dirinya duduk di bangku SMP karena dianggapnya indah. “Kita gerak sama-sama dan kompak itu sesuatu yang indah, dan aku langsung ingin jadi bagian dari PBB tersebut,” ujarnya penuh senyum. Tak heran, ketika naik SMA, Cia langsung mendaftarkan diri mengikuti ekstra kurikuler Paskibra sesuai dengan ketertarikannya tersebut.

Orang tua Felicia yang berada di Lampung selalu mendukung seluruh kegiatan Paskibra dirinya mulai dari pelatihan sampai seleksi. Namun mereka selalu mengingatkan bahwa pendidikan merupakan pioritas utama sebagai seorang pelajar. Cia pun sangat mengerti hal ini dan terus tekun belajar walau harus mengerjar banyak bahan yang tertinggal. Untungnya banyak guru dan temannya yang selalu siap membantu. “Kapanpun aku butuh pelajaran tambahan, para guru bisa mengatur jadwal dan menyisihkan waktu. Dari teman-teman juga banyak yang mau mengajarkan dan mengingatkan aku mengenai pelajaran yang sudah ketinggalan. Aku juga mengikuti les tambahan,” jelasnya lebih lanjut.

Rupanya siswi kelas XI ini juga bercita-cita untuk menjadi pembawa berita. Dengan wajah yang berseri Cia menjelaskan bahwa dirinya pertama kali tertarik dengan cita-citanya itu saat ditawari untuk menghadiri lomba news reporter oleh gurunya. “Aku semakin sadar bahwa menjadi news reporter itu tidak hanya membacakan berita, namun juga membuat orang banyak aware of something yang mereka tidak tahu itu ada. Itu menurutku bukan pekerjaan yang kecil, dan itulah kenapa aku tertarik untuk menjadi news reporter,” tuturnya mantap.

Harapan seorang Cia bagi masa depan negara pun tidak macam-macam. Dirinya merasa bahwa ia masih terlalu jauh untuk berbicara mengenai korupsi yang masih merajalela di negeri Indonesia. Oleh karena itu, ia berpesan pada generasi muda untuk memiliki daya saing yang tinggi agar tidak takut untuk keluar dari zona nyaman demi mendapatkan pengalaman dan cerita baru dalam kehidupan masing-masing. “Karena apapun yang kalian lakukan, asal kerja keras dan kalian lakukan dengan ketulusan, itu pasti ada hasilnya,” tambah Cia menutup wawancara singkat dengan BUSET.

 

gaby