Nabila Wahyuningtyas memang masih berusia 18 tahun, namun kontribusinya di dunia musik tidak bisa dipandang sebelah mata. Sejak pindah ke Melbourne dari Yogyakarta Mei 2011 silam, Nabila sudah mulai menunjukkan bakatnya. “Awalnya saya nyanyi di sekolah Bahasa Inggris di Braybrook. Saya nyanyi lagu Bahasa Jawa. Setelah itu saya dapat beasiswa dan diajak kerjasama oleh Pak Duncan untuk bergabung dengan ‘No Passport Required’,” tuturnya polos.
Awalnya dara belia ini menerima beasiswa untuk berlatih vokal di sekolah musik di Footscray. Dua bulan setelahnya Nabila memilih untuk menukarkannya dengan keyboard agar dapat mengasah keterampilannya bermain alat musik sambil terus bernyanyi. “Dengan begini saya jadi dapat berlatih kapan saja di rumah,” akunya.
Duncan Foster ialah seorang musical director yang ahli dalam menciptakan keharmonisan aransemen vokal dari beberapa genre. Originalitas musiknya lebih diperkuat dengan penyanyi-penyanyi dari berbagai budaya. Keanggotaan band yang diberi nama ‘No Passport Required’ (NPR) tersebut terdiri dari vokalis Nabila Wahyuningtyas, Parvyn Kaur Singh (India), Thuy Kim (Vietnam), Claudia Osegueda (El Salvador) ditemani musisi lokal Doug deVries, Michel Bestrin, Leo Dale, Paul Williamson, Khai Du dan Duncan Foster sendiri.
Nabila sekarang tengah menimba ilmu sebagai siswi kelas 12 di Bayside Secondary College. Namun hasratnya dalam bermusik tidak dapat ia tinggalkan begitu saja. Bersama Duncan, anak pertama dari dua bersaudara ini pun sering manggung di beberapa kafe dan acara-acara spesial. Bahkan, Nabila sempat tampil solo di panggung utama Federation Square dalam rangka memeriahkan Australia Day Januari kemarin. Delapan lagu pop yang dibawakannya, termasuk Stay Stay Stay milik Taylor Swift dan Who’s Loving You –nya Jackson 5, berhasil menghibur ribuan pengunjung di hari nasional tersebut.
Bersama NPR, Nabila dengan bangga menyanyikan tembang nasional semacam Gamblang Suling, Cublak Cublak Suweng dan Laksmana Raja Dilaut serta mengisi acara panggung ‘Harmony Day’ di Federation Square dan ‘Big West Festival’ di Yarraville. Siswi yang aktif mengikuti kegiatan musik dan akting di sekolahnya ini mengutarakan jika dirinya “ingin sekali ikut festival-festival atau acara-acara Indonesia tapi tidak tahu gimana caranya untuk bergabung.”
“Saya juga pernah perform untuk menghibur komunitas lanjut usia di aged care di Newport. Ketika saya nyanyi mereka berjoged. Rasanya senang.”
Di usia yang sangat belia, pencapaian putri sulung pasangan Bambang Wahyudi dan Yuyun Yulia itu dapat dibilang luar biasa. Serta merta hal ini menarik perhatian pemerintah setempat. Atas pencapaiannya tersebut Nabila dianugerahkan penghargaan The Most Inspirational Young People oleh Walikota Hobsons Bay Sandra Willson pada 2 April 2014 kemarin.
Kendati demikian, Nabila tidak lalu tinggi hati. Keramahan dan sopan santun mantan siswi SMP Muhammadiyah 2 Yogyakarta ini mencerminkan budaya bangsa yang selalu dijunjung tinggi. Penghasilannya dari bernyanyi selama ini ia kumpulkan untuk kelak. “Saya ingin sekali sekolah Sarjana di Australia. Saya sangat ingin ke Australian Institute of Music,” harapnya.
Selain bernyanyi, rupanya Nabila juga handal memainkan beberapa alat musik, diantaranya keyboard, drum, piano dan ukulele. Bukan tidak mungkin darah seni dalam tubuh gadis manis ini menurun dari sang ayah yang ternyata pula gemar bernyanyi dan main gitar. “Mama cuma suka mendengarkan. Kalau adik saya, Logan Wahyu Fauzan, pintar sekali main gitar. Dia yang mengajarkan saya untuk bermain gitar,” katanya.
Menyinggung soal pementasan panggung, diam-diam Nabila berkeinginan untuk bisa mengikuti kompetisi musik seperti X-Factor atau The Voice. Akan tetapi status visanya yang belum menjadi residen permanen di Australia menjadi hambatan yang tak dapat dihindari. Nabila bermigrasi ke tanah rantauan ini mengikuti jejak sang ibu yang menempuh pendidikan PhD di RMIT School of Global Studies dan akan kembali ke Tanah Air di penghujung tahun nanti.
Yang pasti, sejak pertama kali menginjakkan kaki di Victoria, Nabila telah mengharumkan nama bangsa melalui bakatnya. Ini merupakan bukti nyata bahwa setiap dari kita pun bisa berkontribusi mempromosikan Indonesia melalui berbagai aktivitas yang positif.
foto: dok. pribadi
***
No Passport Required akan manggung di Footscray Community Arts Centre
dalam rangka memperingati 40 tahun kemeriahan musik pada tanggal 30 Agustus 2014