Seorang anak berambut pirang dan mengenakan kemeja lengan panjang beranjak dari tempatnya duduk menuju podium. Tinggi badannya hanya terlampau sedikit dari meja podium, mikrofon pun harus diturunkan agar dekat dengan jarak bibirnya.
Fasih berpidato Bahasa Indonesia tanpa teks, Blake Johnson baru kelas 4 SD

Tanpa menggenggam secarik kertas pun, anak tersebut mulai berpidato menggunakan Bahasa Indonesia dengan fasih dan lancar. Dalam pidatonya, ia menyampaikan kesenangannya belajar budaya dan bahasa baru, khususnya Bahasa Indonesia. Dia adalah Blake Johnson, usia 9 tahun dan masih duduk di kelas 4 SD di Aveley Primary School, Western Australia.

Pada malam pemberian penghargaan National Australia Indonesia Language Awards (NAILA) 2018 yang berlangsung di Monash Conference Centre pada tanggal 9 November 2018 ini, Blake mendapatkan penghargaan Primary Awardee atau penghargaan di tingkat SD. Sedangkan penghargaan di kategori Junior Awardee jatuh kepada Kayla Burnett. Selain fasih berbahasa Indonesia, Kayla juga gemar membuat prakarya lukisan, menjahit dan menggambar. Kayla mengaku bahwa kemampuan Bahasa Indonesia dirinya telah meningkat seiring dengan keikutsertaannya berlomba di NAILA. Pemberian penghargaan kedua kategori ini dibawakan oleh Yacinta Kurniasih, selaku dosen di Monash University.

Ellen House mahasiswi University of Sydney sangat lancar berpidato

Ini adalah tahun keempat NAILA yang merupakan inisiatif dari Australia-Indonesia Youth Association (AIYA). Misinya, menumbuhkan semangat pembelajaran Bahasa Indonesia di dalam berbagai tingkat pendidikan di Australia; mulai dari tingkat sekolah dasar, universitas, hingga tingkat executive dan native speaker. Tahun ini, NAILA menerima lebih dari 100 pendaftaran untuk sepuluh kategori yang dilombakan.

Pemberian penghargaan oleh Yacinta Kurniasih

Hampir semua pidato para pemenang menyenggol topik keberagaman dan kemajemukan yang memang jadi benang merah kompetisi tahun ini. “Perbedaan keragamaan itu penuh warna. Di mana asyiknya kalau semuanya sama?” ungkap Sreeya Das selaku pemenang dalam kategori Middle Awardee.

Kayla Burnett, Junior Awardee saat membaca pidato

Pidato kemenangan pun berlanjut hingga tingkat universitas, serta executive yang dimenangkan oleh Ellen House, Bryanna Wilson, Iven Manning dan Tom McKenzie.

Bukan Sekadar Fasih, Tapi Saling Memahami

“Riset membuktikan bahwa Indonesia akan menjadi salah satu kekuatan perekonomian terbesar dalam beberapa tahun ke depan. Sebagai negara tetangga, kita harus memulai kolaborasi antara Indonesia dan Australia,” ungkap Sally Hill dan Maighdlin Doyle. Bagi pendiri dan direktur ini, NAILA bukan sekadar ajang kompetisi yang melombakan kefasihan berbahasa Indonesia. Lebih dari itu, ini merupakan upaya saling memahami.

Founder dan Director NAILA

Melalui NAILA, yang belajar bahasa Indonesia tidak hanya berhenti pada tingkat pendidikan, namun dapat pula terjun untuk membawa kontribusi berbahasa mereka dalam kerjasama dengan lingkup kerja, sektor pemerintahan, non-profit, dan lembaga lainnya,  emi kelangsungan hubungan yang baik antara Australia dan Indonesia.

 

 

 

Apa Kata Mereka

 

Emily Heng, Mahasiswi Monash University Bachelor of Laws & Global Studies

I was really moved and touched by how all the participants were really interested in Indonesia and they were also fluent, regardless of their ages, even like the year four student, he spoke without stumbling and I was so humbled by that because it took me so many years, I learned Indonesian in year 9 and 3rd year of uni and I still stumble sometimes.

 

Kayla Burnett, Peserta NAILA 2018

It’s been so much fun, it definitely challenged me to help me improve my confidence and my Indonesian.

 

Sheila Hie, National Treasurer, Australia-Indonesia Youth Association

Senang banget melihatnya. Kita sendiri orang Indonesia kadang-kadang tidak begitu bangga dengan Bahasa Indonesia, jadi lihat orang Australia yang lancar Bahasa Indonesia, seperti Blake yang baru berusia 9 tahun itu rasanya luar biasa sekali.

 

 

Adisa