Kalau Anda sering membaca Buset, Anda pasti akan menemukan kolom yang ditulis Alvin Hermanto tiap bulannya. Pendiri agensi desain digital bernama Relab Studio ini tidak pelit berbagi pengalaman dan pelajaran hidup selama membangun agensi miliknya nyaris enam tahun lalu. Melalui artikel-artikel yang ditulisnya, siapapun—tak hanya mereka yang hendak merintis bisnis di industri kreatif—akan merasa terhubung dan paling tidak, merasa tidak sendiri. Alvin membagikan ketakutannya, kegagalannya, sulitnya membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga sekaligus optimisme dan keberhasilannya secara gamblang dalam membangun bisnis.

Sibuk membesarkan Relab Studio juga tidak membuat semangat berbaginya surut. Jika tiap bulan ia rutin berbagi pengalaman dengan Buset dan lewat blognya, ia juga punya program serupa talkshow berbahasa Indonesia di kanal podcast yang ia namai Spektrum. Di sini ia banyak bertukar pikiran dengan para pelaku industri kreatif Indonesia yang berdomisili di Australia.

Berbagi informasi juga bukan semata-mata untuk mempromosikan agensinya. Buatnya menulis di blog, mengunggah video di Youtube, juga punya misi untuk memberi gambaran tentang kultur perusahaan dan mengenali geliat industri kreatif di masa sekarang. Bahwa kemudian orang-orang akan lebih mengenal apa yang dilakukan dan kerjakan, itu adalah bonus positif.

Tidak Takut Berubah Mengikuti Zaman

Bermula dari segelintir orang, kini Relab Studio berkembang 10 kali lebih besar dan baru saja menempati kantor barunya di kawasan Richmond. Agensi ini banyak mengerjakan berbagai macam proyek desain digital, mulai dari UI/UX (user interface/user experience), web design, mobile application design hingga pembuatan konten media sosial. Kini berbagai portofolio sukses dan pengakuan klien-klien besar menjadi nilai tambah yang fokus pada customer atau user experience ini.

Kantor baru Relab Studio di Richmond menjadi rumah kreatif para desainer

Jika dulu Alvin mengambil seluruh tawaran pekerjaan demi memenuhi kebutuhan perusahaan dan pribadi, kini ia mengaku lebih selektif dalam memilih proyek. Dengan bertambahnya pengalaman dan jam terbang, lulusan Swinburne University ini merasa kini lebih paham dengan kekuatan dan kelebihan yang dimiliki Relab Studios.

Seni Mendengar

Alvin mengaku banyak dari rekan kerjanya, termasuk dirinya, adalah seorang pribadi introvert. Meski begitu, ia percaya bahwa kemampuan timnya untuk mendengarkan permintaan dan permasalahan pelanggan menjadi kunci dari kesuksesannya. Mendengarkan bukan berarti diam tanpa solusi. Sebaliknya mendengarkan keluh kesah, kritik dan saran pelanggan dan testers membantu Relab Studios memenangkan poin penting dengan objektif.

Bekerja di industri kreatif yang berubah cepat membuat Alvin dan timnya harus terus beradaptasi dengan perubahan. Kemampuan berkreasi dan selalu menghasilkan sesuatu yang baru menjadi hal yang sangat penting untuk maju bersaing dengan kompetitor lain. “Jika kami tidak mengikuti perkembangan dan perubahan di industri ini, akan ada kemungkinan untuk usang atau tak lagi relevan dan down-sized. Jadi, memiliki pemikiran yang open-minded dan berani mencoba hal-hal yang baru harus dilakukan,” tegasnya.

 

 

Octa
Foto: koleksi pribadi